Tuesday 11 June 2013

"Syukurane Bang Warsono"

(Tafsir QS 14 ayat 7 mengenai syukuran

 وَإِذۡ تَأَذَّنَ رَبُّكُمۡ لَٮِٕن شَڪَرۡتُمۡ لَأَزِيدَنَّكُمۡ‌ۖ وَلَٮِٕن ڪَفَرۡتُمۡ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ۬ (٧) 
 Dan [ingatlah juga], tatkala Tuhanmu mema’lumkan: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah [ni’mat] kepadamu, dan jika kamu mengingkari [ni’mat-Ku], maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (7)
Daholoe kala nasi tumpeng, atau banyak dikenal luas dengan “tumpeng” saja adalah sajian khas yang banyak dijumpai dalam berbagai acara perayaan atau “selamatan” baik di desa-desa maupun di kota-kota besar di pulau Jawa sampai sekarang.
 Seperti halnya acara syukuran dan selamatan dalam kebudayaan Jawa yang sarat akan makna, begitupun dengan tumpeng yang biasanya menjadi ikon penting dalam acara-acara tersebut. Walaupun banyak diakui sebagai simbol penting dalam sebuah acara syukuran atau selamatan, namun sebenarnya tidak banyak orang yang benar-benar mengerti makna dibalik simbol itu, bahwa tumpeng mengandung makna-makna mendalam yang mengangkat hubungan antara manusia dengan Tuhan, dengan alam dan dengan sesama manusia.
( Upss...Bj kali ini tidak akan membahas panjang lebar tentang arti dan macam-macam bentuk tumpeng tersebut lho..hehehe ) Namun apa yang Bj alami dan rasakan pada akhir-akhir ini banyak juga dari teman kita yang mengadakan acara syukuran tapi gak lagi menggunakan nasi tumpeng tapi langsung meluncur ke rumah makan dan pesan,( simple....praktis...beres..hehehe )
 Suasana Syukuran Bang Warsono di "omah welit" Karang Tengah,Kaliwungu

Semoga rasa syukur kita selalu terpatri dalam hati agar kita tidak merasa iri...

No comments:

Post a Comment