Labels
- BJ (15)
- DANSOS PC/QC MKI (15)
- GOA DAN CURUG (22)
- OMAH PURING (1)
- PANTAI (14)
- PT.ASIA PASIFIC FIBERS -KALIWUNGU (2)
- SEKILAS BERITA (32)
Sunday, 2 October 2011
DIENG PART 1
Kali ini penulis memulai awal perjalanan ke Dieng sangat pagi buta,hal ini di kandung maksud agar nantinya pas sampai di Dieng bisa menyambangi beberapa tempat lokasi wisata yg lokasinya memang berpencar dan agak jauh jika berjalan kaki.untuk route yg kami tempuh masih seperti yg dulu ( Kaliwungu-Sukorejo-Parakan-Ngadirejo-Jumpriet-Tambi-lokasi)namun ada yg beda dengan "Hati",kali ini penulis di temani dengan sang pujaan hati..cihuyyy..!!!jangankan tikungan...tanjakan pun terasa asyik,apalagi dengan semilir angin dan hawa sekitar yg cukup menusuk tulang...( atise powl coy..!!)
Dieng adalah kawasan dataran tinggi di Jawa Tengah, yang masuk wilayah Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo. Letaknya berada di sebelah barat kompleks Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing.
Dieng adalah kawasan vulkanik aktif dan dapat dikatakan merupakan gunung api raksasa dengan beberapa kepundan kawah. Ketinggian rata-rata adalah sekitar 2.000m di atas permukaan laut. Suhu berkisar 15—20 °C di siang hari dan 10 °C di malam hari. Pada musim kemarau (Juli dan Agustus), suhu udara dapat mencapai 0 °C di pagi hari dan memunculkan embun beku yang oleh penduduk setempat disebut bun upas ("embun racun") karena menyebabkan kerusakan pada tanaman pertanian.
Secara administrasi, Dieng merupakan wilayah Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara dan Dieng ("Dieng Wetan"), Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Wilayah ini merupakan salah satu wilayah paling terpencil di Jawa Tengah.
Nama Dieng berasal dari gabungan dua kata Bahasa Kawi: "di" yang berarti "tempat" atau "gunung" dan "Hyang" yang bermakna (Dewa). Dengan demikian, Dieng berarti daerah pegunungan tempat para dewa dan dewi bersemayam[rujukan?]. Teori lain menyatakan, nama Dieng berasal dari bahasa Sunda ("di hyang") karena diperkirakan pada masa pra-Medang (sekitar abad ke-7 Masehi) daerah itu berada dalam pengaruh politik Kerajaan Galuh.
Dataran tinggi Dieng (DTD) adalah dataran dengan aktivitas vulkanik di bawah permukaannya, seperti Yellowstone ataupun Dataran Tinggi Tengger. Sesungguhnya ia adalah kaldera dengan gunung-gunung di sekitarnya sebagai tepinya. Terdapat banyak kawah sebagai tempat keluarnya gas, uap air dan berbagai material vulkanik lainnya. Keadaan ini sangat berbahaya bagi penduduk yang menghuni wilayah itu, terbukti dengan adanya bencana letusan gas Kawah Sinila 1979. Tidak hanya gas beracun, tetapi juga dapat dimungkinkan terjadi gempa bumi, letusan lumpur, tanah longsor dan banjir.
Selain kawah, terdapat pula danau-danau vulkanik yang berisi air bercampur belerang sehingga memiliki warna khas kuning kehijauan.
Secara biologi, aktivitas vulkanik di Dieng menarik karena ditemukan di air-air panas di dekat kawah beberapa spesies bakteri termofilik ("suka panas") yang dapat dipakai untuk menyingkap kehidupan awal di bumi.
Kawah aktif di Dieng merupakan kepundan bagi aktivitas vulkanik di bawah dataran tinggi. Pemantauan aktivitas dilakukan oleh PVMBG melalui Pos Pengamatan Dieng di Kecamatan Karangtengah.
Berikut adalah kawah-kawah aktif yang dipantau:
• Candradimuka
• Sibanteng
• Siglagah
• Sikendang, berpotensi gas beracun
• Sikidang
• Sileri
• Sinila, berpotensi gas beracun
• Timbang, berpotensi gas beracun
"Kawah Sibanteng"
Kawah Sibanteng terletak di Desa Dieng Kulon. Kawah ini pernah meletus freatik pada bulan Januari 2009 (15/1)[1], menyebabkan kawasan wisata Dieng harus ditutup beberapa hari untuk mengantisipasi terjadinya bencana keracunan gas. Letusan lumpurnya terdengar hingga 2km, merusak hutan milik Perhutani di sekitarnya, dan menyebabkan longsor yang membendung Kali Putih, anak Sungai Serayu.
Kawah Sibanteng pernah pula meletus pada bulan Juli 2003.
"Kawah Sikidang"
Kawah Sikidang adalah kawah di DTD yang paling populer dikunjungi wisatawan karena paling mudah dicapai. Kawah ini terkenal karena lubang keluarnya gas selalu berpindah-pindah di dalam suatu kawasan luas. Dari karakter inilah namanya berasal karena penduduk setempat melihatnya berpindah-pindah seperti kijang (kidang dalam bahasa Jawa).
"Kawah Sileri"
Kawah Sileri adalah kawah yang paling aktif dan pernah meletus beberapa kali (berdasarkan catatan : tahun 1944, 1964, 1984, Juli 2003, dan September 2009). Pada aktivitas freatik terakhir (26 September 2009) muncul tiga celah kawah baru disertai dengan pancaran material setinggi 200 meter.
"Kawah Sinila"
Kawah Sinila terletak di Desa Dieng Wetan. Kawah Sinila pernah meletus pada pagi hari tahun 1979, tepatnya 20 Februari 1979. Gempa yang ditimbulkan membuat warga berlarian ke luar rumah, namun mereka terperangkap gas racun yang keluar dari Kawah Timbang akibat terpicu letusan Sinila, Sejumlah warga (149 jiwa) dan ternak tewas keracunan gas karbondioksida yang terlepas dan menyebar ke wilayah pemukiman.
"Kawah Timbang"
Kawah Timbang adalah kawah yang terletak di dekat Sinila dan beraktivitas sedang. Meskipun kurang aktif, kawah ini merupakan sumber gas CO2 berkonsentrasi tinggi yang memakan ratusan korban pada tahun 1979. Kawah ini terakhir tercatat mengalami kenaikan aktivitas pada bulan Mei 2011 dengan menyemburkan asap putih setinggi 20 meter, mengeluarkan CO2 dalam konsentrasi melebihi ambang aman (1.000 ppm, konsentrasi normal di udara mendekati 400 ppm) dan memunculkan gempa vulkanik. Pada tanggal 31 Mei 2011 pagi, kawah ini kembali melepaskan gas CO2 hingga mencapai 1% v/v (100.000 ppm) disertai dengan gempa tremor. Akibatnya semua aktivitas dalam radius 1 km dilarang dan warga Dusun Simbar dan Dusun Serang diungsikan .
Beberapa peninggalan budaya dan alam telah dijadikan sebagai obyek wisata dan dikelola bersama oleh dua kabupaten, yaitu Banjarnegara dan Wonosobo.
Berikut beberapa obyek wisata di Dieng.
• Telaga: Telaga Warna, sebuah telaga yang sering memunculkan nuansa warna merah, hijau, biru, putih, dan lembayung, Telaga Pengilon, Telaga Merdada.
• Kawah: Sikidang, Sileri, Sinila (meletus dan mengeluarkan gas beracun pada tahun 1979 dengan korban 149 jiwa), Kawah Candradimuka.
• Kompleks candi-candi Hindu yang dibangun pada abad ke-7, antara lain: Candi Gatotkaca, Candi Bima, Candi Arjuna, Candi Semar, Candi Sembadra, Candi Srikandi, Candi Setyaki, Gangsiran Aswatama, dan Candi Dwarawati.
• Gua: Gua Semar, Gua Jaran, Gua Sumur. Terletak di antara Telaga Warna dan Telaga Pengilon, sering digunakan sebagai tempat olah spiritual.
• Sumur Jalatunda.
• Dieng Volcanic Theater, teater untuk melihat film tentang kegunungapian di Dieng.
• Museum Dieng Kailasa, menyimpan artefak dan memberikan informasi tentang alam (geologi, flora-fauna), masyarakat Dieng (keseharian, pertanian, kepercayaan, kesenian) serta warisan arkeologi dari Dieng. Memiliki teater untuk melihat film (saat ini tentang arkeologi Dieng), panggung terbuka di atas atap museum, serta restoran.
• Mata air Sungai Serayu, sering disebut dengan Tuk Bima Lukar (Tuk = mata air).
Kawasan Dieng masih aktif secara geologi dan banyak memiliki sumber-sumber energi hidrotermal. Ada tiga lapangan hidrotermal utama, yaitu Pakuwaja, Sileri, dan Sikidang. Di ketiganya terdapat fumarola (kawah uap) aktif, kolam lumpur, dan lapangan uap. Mata air panas ditemukan, misalnya, di Bitingan, Siglagah, Pulosari, dan Jojogan, dengan suhu rata-rata mulai dari 25°C (Jojogan) sampai 58°C (Siglagah)[7]. Kawasan Sikidang telah mulai dimanfaatkan sebagai sumber energi hidrotermal.
Dataran tinggi (disebut juga plateau atau plato) adalah dataran yang terletak pada ketinggian di atas 200 m dpl.[rujukan?] Dataran tinggi terbentuk sebagai hasil erosi dan sedimentasi. Beberapa dataran tinggi antara lain Dataran Tinggi Dekkan, Dataran Tinggi Gayo, Dataran Tinggi Dieng, Dataran Tinggi Malang, dan Dataran Tinggi Alas. Dataran tinggi bisa juga terjadi oleh bekas kaldera luas, yang tertimbun material dari lereng gunung sekitarnya. Dataran tinggi dari kategori terakhir ini antara lain adalah Dataran Tinggi Dieng di Jawa Tengah.
Labels:
BJ
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment